ASUHAN
KEPERAWATAN
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
IVP : Memperlihatkan ukuran/lokasi ginjal dan
ureter dan mengesampingkan adanya tumor lain dalam saluran perkemihan.
Sitoskopi dengan biopsi: menentukan lokasi tumor/derajat keganasan. Sitoskopi
ultraviolet menggambarkan lesi kandung kemih
Skan
tulang : menentukan adanya penyakit
metastasis
Limpangiografi
pedal bilateral : menentukan keterlibatan nodus pelvis, dimanana tumor kandung
kemih dengan mudah ditempatkan karena dekat proksimal.
Skan
CT : Mendefinisikan sel tumor dalam urine(untuk menentukan adanya dan tipe
tumor).
Endoskopi
: mengevaluasi usus untuk digunakan sebagai saluran.
Konduitogram:
Mengkaji panjang dan kemampuan mengosongkan saluran dan adanya struktur,
obstruksi, refluks, angulasi, batu, atau tumor (mungkin rumit atau
kontraindikasi untuk diversi urinarius).
DIAGNOSA
DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Resiko
Tinggi terhadap kerusakan integritas Kulit berhubungan dengan tak adanya
sfingter stoma,karakter/aliran urine dari stoma.
Kriteria
Hasil :mempertahankan integritas
kulit,mengidentifikasi faktor risiko individual, menunjukkan perilaku/teknik
untuk meningkatkan
penyembuhan/mencegah kerusakan kulit.
INTERVENSI:
1) Inspeksi
stoma/kulit peristoma. Perhatikan iriasi, lebam (gelap, warna lebam), kemerahan,
status jahitan.
R/mengawasi proses
penyembuhan/keefektifantindakan, dan mengidentifikasi area, masalah, kebutuhan
evaluasi lanjut/intervensi. Stoma harus kemerahmudaan atau kemerahan. Sama
dengan membran mukosa. Perubahan warna mungkin sementara, tetapi perubahan
menetap dapat memerlukan intervensi medik. Identifikasi dini nekrosis
stoma/iskemia atau infeksi jamur memberikan waktu intervensi utnuk mencegah
nekrosis kulit.
2) Bersihkan
dengan air dan lap kering (atau menggunakan pengering rambut pada situasi dingin)
R/Mempertahankan
kebersihan/area kering membantu untuk mencegah kemudahan gesekan atau trauma.
3) pengukuran
stoma secara periodik, contoh tiap penggantian alat untuk 6 minggupertama,
kemudian sebulan 6 kali.
R/Sesuai dengan
membaiknya edema pascaoperasi (selama 6 minggu pertama),ukuran alat harus
berubah untuk meyakinkan kecocokan yang tepat sehinnga urine tertampung sesuai
aliran ke stoma, dan kontak dengan kulit dicegah
4) Berikan
pelindung yang efektif, contoh skin prep atau produk sejenis.
R/Melindungi kulit dari
perekat kantung, meningkatkan kerekatan kantong, dan memudahkan pengangkatan
kantong bila perlu.
Gunakan kantong
transparan, tahan bau, dan dikeluarkan. Pertahankan kasa segi empat diatas
stoma sementara membersihkan stoma dan biarkan pasien batuk atau mengejan
sebelum meletakkan kantong.
R/Kantung transparan
selama 4-6 minggu pertama memungkinkan observasi mudah pada stoma dan stent
(bila menggunakan) tanpa perlu melepaskan kantong dan iritasi kulit. Penutupan
stoma mencegah urine membasahi area periostomal selama kantong diganti. Batuk
mengosongkan bagian distal saluran, memungkinkan penghnetian sebentar untuk
memudahkan pemasangan kantung.
5) Bersihkan
ostomi kantung dengan rutin, gunakan cairan cuka.
R/Penggantian kantong
yang sering mengiritasi kulit dan harus dihindari. Pengosongan dan pencucian
kantong dengan cuka tidak hanya menghilangkan bakteri tetapi juga menghilangkan
bau kantung.
6) Berikan
sprei atau bedak antijamur, sesuai indikasi.
R/Membantu dalam
penyembuhan bila iritasi periostoma disebabkan oleh infeksi jamur. Produk ini
dapat mempunyai efek samping poten dan harus digunakan dengan campuran. Krim/
salep dihindari, karena mempengaruhi perekatan alat.
2. Nyeri
akut berhubungan dengan faktor fisik, contoh gangguan kulit/jaringan (insiden/drein)
Kriteria
Hasil :menyatakan /menunjukan nyeri
hilang, menunjukan kemampuan untuk membantu dalam tindakan kenyamanan umum dan
mampu untuk tidur/istirahat dengan tepat.
INTERVENSI:
1) Kaji
nyeri, perhatikan lokasi, karakteristik, intensitas (skala 0-10)
R/Membantu evaluasi
derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgesik atau menyatakan terjadinya
komplikasi,contoh karena nyeri abdomen biasanya ada secara bertahap pada hari
ketiga ataukeempat pascaoperasi,berlanjut atau meningkatnya nyeri dapat menunjukkan
pelambatan penyembuhan, iritasi kulit periostomal, infeksi, obstruksi usus.
2) Auskultasi
bising usus; perhatikan pasase flatus.
R/Mengidentifikasi
kembalinya fungsi usus. Gangguan dalam kembalinya bising/fungsi usus dalam 72
jam dapat mengidentifikasikan adanya komplikasi, contoh peritonitis,
hipokalemia, obstruksi mekanik.
3) Berikan
tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung, penguatan posisi (penggunaan tindakan
dukungan sesuai kebutuhan). Yakinkan pasien bahwa pengubahan posisi tidak akan
mencederai stoma.
R/Menurunkan tegangan
otot, meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
4) Berikan
obat sesuai indikasi, contoh narkotik, analgesik, ADP
R/Menghilangkan nyeri,
meningkatkan kenyamanan dan meningkatkan istirahat. ADP dapat lebih menguntungkan
daripada analgesik intermiten, khususnya setelah reseksi radikal.
3. Risiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit/insisi
Kriteria
Hasil :Meningkatkan waktu penyembuhan
dengan tepat, bebas dari drainase purulen atau eritema, dan tidak demam,
menyatakan pemahan penyebab individual/faktor risiko, menunjukkan
teknik,perubahan pola hidup untuk menurunkan resiko.
INTERVENSI:
1) Kosongkan
kantung ostomi bila menjadi penuh sepertiga saat cairan IV dan drainase kantung
kontinu dilepaskan.
R/Menurunkan risiko
refluks urine dan mempertahankan integritas alat.
2) Catat
karakteristik urine, dan perhatikan apakah perubahan berhubungan dengan keluhan
nyeri panggul.
R/Urine keruh dan bau
menunjukkan infeski (kemungkinan pielonefritis); namun urine secara normal
mengandung mukus setelah prosedur pembuatan saluran.
3) Perhatikan
kemerahan disekitar stoma.
R/Kemerahan paling umum
disebabkan oleh jamur kebocoran urine atau alergi pada alat atau produk dapat
juga menyebabkan kemerahan, area iritasi.
4) Inspeksi
garis insisi sekitar stoma. Observasi dan catat drainase luka, tanda inflamasi
insisi, indikator sistemik sepsis
R/Memberikan
pengetahuan dasar. Komplikasi dapat meliputi terhambatnya anastomosis usus
halus/besar atau saluran uretra, dengan kebocoran isi usus kedalam abdomen atau
urine kedalam rongga peritoneal.
5) Ganti
balutan sesuai indikasi, bila memakai.
R/Drainase basah
bertindak sebagai sumbu untuk luka dan memberikan media untuk pertumbuhan
bakterial.
6) Gunakan
kantong dengan katup antirefluks, bila ada.
R/Mencegah aliran balik
urine kedalam stoma, menurunkan risiko infeksi.
7) Berikan
obat sesuai indikasi: sefalosporin contoh sefoksitin (mefoxin), sefazolin
(ancef).
R/Untuk mengobati infeksi yang
teridentifikasi atau secara profilaktik, khususnya pada riwayat pielonefritis
berulang.
No comments:
Post a Comment