ASKEP PLASENTA PREVIA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perdarahan pada kehamilan harus
dianggap sebagai kelainan yang berbahaya . Perdarahan pada kehamilan muda
disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut
perdarahan anterpartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan
tua adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus .
Perdarahan anterpartum biasanya
berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak
jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis
yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya
dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan
yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber
pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan
plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada
setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal
itu bersumber pada kelainan plasenta.
Perdarahan anterpartum yang
bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis biasanya tidak terlampau
sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta serta
perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi
kira-kira 3 % dari semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio
plasenta dan perdarahan yang belum jelas penyebabnya.
Pada umumnya penderita mengalami
perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia kehamilan , namun beberapa
penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan
tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda
permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak ,
mereka datang untuk mendapatkan pertolongan.
Setiap perdarahan pada kehamilan
lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada permulaan persalinan biasanya harus
lebih dianggap sebagai perdarahan anterpartum apapun penyebabnya , penderita
harus segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi
darah dan operasi . Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat
dan cepat dari segi medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang sangat
membantu dalam penyelamatan ibu dan janinnya.
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan
plasenta previa
2.
Tujuan
Khusus
a. Dapat
melakukan pengkajian secara langsung pada klien plasenta previa.
b. Dapat
merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien plasenta previa.
c. Dapat
membuat perencanaan pada klien plasenta previa.
d. Mampu
melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang telah
dilakukan pada klien plasenta previa.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar
Penyakit
1. Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal
yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir.
Menurut Prawiroharjo, plasenta previa adalah plasenta
yang ada didepan jalan lahir (prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang
dimaksud plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah
sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.
Menurut Cunningham, plasenta previa merupakan
implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum,
serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim.
2.
Etiologi
Plasenta bertumbuh pada segmen bawah
uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan . bahwasanya vaskularisasi yang
berkurang atau perubahan atropi pada desidua akibat persalinan yang lampau
dapat menyebabkan plasenta previa , tidaklah selalu benar . Memang dapat dimengerti
bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan
kembar maka plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan
permukaannya sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir
.Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun
kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur
kurang dari 25 tahun . Pada grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun
kira-kira 4 kali lebih sering dari grandemultipara yang berumur kurang dari 25
tahun.
3.
Patofisiologi
Perdarahan anter partum akibat
plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat sekmen uterus telah
terbentuk dan mulai melebar dan menipis. Umumnya terjadi pada trimester ke tiga
karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami
perubahan. Pelebaran sekmen bawah uterus dan pembukaan servik menyababkan
sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena
robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat dihindarkankarena
adanya ketidakmampuan selaput otot segmen bawah uterus
untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.
klasifikasi Plasenta Previa :
a. Plasenta
Previa totalis : seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta
b. Plasenta
Previa Lateralis : hanya sebagian dari ostium tertutup oleh plasenta.
c. Plasenta
previa parsialis, apabila sebagian pembukaan (ostium internus servisis)
tertutup oleh jaringan plasenta.
d. Plasenta
previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan
(ostium internus servisis).
e. Plasenta
letak rendah, apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus
belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir atau plasenta berada 3-4 cm diatas
pinggir permukaan sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.
4.
Gejala
Klinis
Perdarahan adalah gejala primer dari placenta previa
dan terjadi pada mayoritas (70%-80%) dari wanita-wanita dengan kondisi ini.
Perdarahan vagina setelah minggu ke 20 kehamilan adalah karakteristik dari
placenta previa. Biasanya perdarahan tidak menyakitkan, namun ia dapat
dihubungkan dengan kontraksi-kontraksi kandungan dan nyeri perut. Perdarahan
mungkin mencakup dalam keparahan dari ringan sampai parah.
Pemeriksaan ultrasound digunakan untuk menegakan
diagnosis dari placenta previa. Evaluasi ultrasound transabdominal (menggunakan
probe pada dinding perut) atau transvaginal (dengan probe yang dimasukan
kedalam vagina namun jauh dari mulut serviks) mungkin dilakukan, tergantung
pada lokasi dari placenta. Adakalanya kedua tipe-tipe dari pemeriksaan
ultrasound adalah perlu. Adalah penting bahwa pemeriksaan ultrasound dilakukan
sebelum pemeriksaan fisik dari pelvis pada wanita-wanita dengan placenta previa
yang dicurigai, karena pemeriksaan fisik pelvic mungkin menjurus pada
perdarahan yang lebih jauh.
Gejala paling khas dari plasenta previa adalah
perdarahan pervaginam (yang keluar melalui vagina) tanpa nyeri yang pada
umumnya terjadi pada akhir triwulan kedua. Ibu dengan plasenta previa pada
umumnya asimptomatik (tidak memiliki gejala) sampai terjadi perdarahan
pervaginam. Biasanya perdarahan tersebut tidak terlalu banyak dan berwarna
merah segar. Pada umumnya perdarahan pertama terjadi tanpa faktor pencetus,
meskipun latihan fisik dan hubungan seksual dapat menjadi faktor pencetus.
Perdarahan terjadi karena pembesaran dari rahim sehingga menyebabkan robeknya
perlekatan dari plasenta dengan dinding rahim. Koagulapati jarang terjadi pada
plasenta previa. Jika didapatkan kecurigaan terjadinya plasenta previa pada ibu
hamil, maka pemeriksaan Vaginal Tousche (pemeriksaaan dalam vagina) oleh dokter
tidak boleh dilakukan kecuali di meja operasi mengingat risiko perdarahan hebat
yang mungkin terjadi.
5.
Komplikasi
a.
Plasenta
abruptio. Pemisahan plasenta dari dinding rahim
b. Perdarahan
sebelum atau selama melahirkan yang dapat menyebabkan histerektomi
(operasi pengangkatan rahim).
c.
Plasenta
akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta
d. Prematur
atau kelahiran bayi sebelum waktunya (< 37 minggu)
e.
Kecacatan
pada bayi
6.
Pemeriksaan
diagnostik
a.
Pemeriksaan
darah : hemoglobin, hematokrit
b.
Pemeriksaan
ultra sonografi, dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan plasenta atau
jarak tepi plasenta terhadap ostium
c.
Pemeriksaan
inspekkulo secara hati-hati dan benar, dapat menentukansumberperdarahan dari
karnalis servisis atau sumber lain (servisitis, polip,keganasan,
laserasi/troma)
7.
Penatalaksanaan
a.
Penatalaksanaan
Medis
Episode pendarahan significan yang
pertama biasanya terjadi di rumah pasien, dan biasanya tidak berat. Pasien
harus dirawat dirumah sakit dan
tidak dilakukan pemeriksaan vagina, karena akan mencetuskan
perdarahan yang sangat berat. Dirumah sakit TTV pasien diperiksa, dinilai
jumlah darah yang keluar, dandilakukan close
match. Kehilangan darah yang banyak memerlukan transfusi.Dilakukan
palpasi abdomen untuk menentukan umur kehamilan janin, presentasi,dan
posisinya.
Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan
segara setelah masuk, untuk mengkonfirmasi diagnosis Penatalaksanaan selajutnya
tergantung pada perdarahan dan umur kehamilan janin. Dalam kasus
perdarahan hebat, diperlukan tindakan darurat untuk melahirkan bayi (dan
plasenta) tanpa memperhitungkan umur kehamilan janin. Jika perdarahan
tidak hebat, perawatan kehamilan dapat dibenarkan jika umur kehamilan
janin kurang dari 36 minggu. Karena perdarahan ini cenderung berulang,ibu harus
tetap dirawat di RS. Episode perdarahan berat mungkin mengharuskan pengeluaran
janin darurat, namum pada kebanyakan kasus kehamilan dapat dilanjutkan hingga
36 minggu ; kemudian pilihan melahirkan bergantung padaapakah derajat plasenta
previanya minor atau mayor. Wanita yag memiliki derajat plasenta previa
minor dapat memilih menunggu kelahiran sampai term atau denganinduksi
persalinan, asalkan kondisinya sesuai. Plasenta previa derajat
mayor ditangani dengan seksio seksarae pada waktu yang ditentukan oleh
pasien ataudokter, meskipun biasanya dilakukan sebelum tanggal yang disepakati,
karena perdarahan berat dapat terjadi setiap saat
b.
Penatalaksanaan
keperawatan
Sebelum dirujuk anjurkan pasien
untuk tirah baring total dengan menghadap
ke kiri, tidak melakukan senggama, menghidari peningkatan tekanan rongga perut
(misal batuk, mengedan karena sulit buang air besar). Pasang infus NaCl
fisiologis. Bila tidak memungkinkan, beri cairal peroral, pantau
tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15 manit
untuk mendeteksi adanya hipotensi atau
syok akibat perdarahan. Pantau pula BJJ dan pergerakan janin.Bila
terjadi renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan transfusi darah bila tidakteratasi, upaya
penyelamatan optimal, bila teratasi, perhatikan usia kehamilan.Penanganan
di RS dilakukan berdasarkan usia kehamilan. Bila terdapatrenjatan, usia
gestasi kurang dari 37 minggu, taksiran Berat Janin kurang dari 2500g, maka :
-
Bila
perdarahan sedikit, rawat sampai sia kehamilan 37
minggu,lalulakukan mobilisasi bertahap, beri kortikosteroid 12 mg
IV/hari selama 3hari.
-
Bila perdarahan berulang, lakukan PDMO kolaborasi (PemeriksaanDalam Di
atas Meja Operasi), bila ada kontraksi tangani seperti kehamilan preterm. Bila tidak ada renjatan usia gestaji 37 minggu
atau lebih, taksiran berat janin 2500g atau lebih lakukan PDMO, bila
ternyata plasenta previa lakukan
persalinan perabdominam, bila bukan usahakan partus pervaginam.
B.
Konsep
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Pengumpulan
data
1)
Anamnesa
a)
Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat, medicalrecord dll.
b)
Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu/trimester III.
-
Sifat
perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
-
Sebab perdarahan;
placenta dan pembuluh darah yang robek; terbentuknya SBR, terbukanya osteum/
manspulasi intravaginal/rectal.
-
Sedikit
banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan pembuluh darah
dan placenta.
c)
Inspeksi
-
Dapat
dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
-
Jika
perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
d)
Palpasi
abdomen
-
Janin sering
belum cukup bulan; TFU masih rendah.
-
Sering
dijumpai kesalahan letak
-
Bagian
terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya
kepala masih goyang/floating
2)
Riwayat
Kesehatan
a)
Riwayat
Obstetri
Memberikan
imformasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnyaagar perawat
dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilansekarang. Riwayat
obstetri meliputi:
-
Gravida,
para abortus, dan anak hidup (GPAH)
-
Berat badan
bayi waktu lahir dan usia gestasi
-
Pengalaman
persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong persalinan
-
Jenis
anetesi dan kesulitan persalinan
-
Komplikasi
maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan perdarahan.
-
Komplikasi
pada bayi
-
Rencana
menyusui bayi
b)
Riwayat
mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan
untuk menetukan taksiran persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari
pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan
TP berdasarkan HPHt dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah
tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
c)
Riwayat
Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat
berakibat buruk pada janin, ibu, ataukeduanya. Riwayat
kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum
kelahiran dan berlanjut pada kehamilan yang tidak diketahui
dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual pada janin.
d)
Riwayat
penyakit dan operasi:
Kondisi kronis
seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek
buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi,
prosedur operasi, dan trauma pada persalinan sebelumnya harus di
dokumentasikan
3)
Pemeriksaan
fisik
a)
Umum
Pemeriksaan
fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
(1)
Rambut dan
kulit
-
Terjadi
peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra.
-
Striae atau
tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
-
Laju
pertumbuhan rambut berkurang.Wajah
(2)
Mata :
pucat, anemis
(3)
Hidung
(4)
Gigi dan
mulut
(5)
Leher
(6)
Buah dada /
payudara
-
Peningkatan
pigmentasi areola putting susu
-
Bertambahnya
ukuran dan noduler
(7)
Jantung dan
paru
-
Volume darah
meningkat
-
Peningkatan
frekuensi nadi
-
Penurunan
resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah pulmonal.
-
Terjadi
hiperventilasi selama kehamilan.
-
Peningkatan
volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
-
Diafragma
meningga.
-
Perubahan
pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
(8)
Abdomen
-
Menentukan
letak janin
-
Menentukan
tinggi fundus uteri
(9)
Vagina
-
Peningkatan
vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda Chandwick)
-
Hipertropi
epithelium
(10) System
musculoskeletal
-
Persendian
tulang pinggul yang mengendur
-
Gaya
berjalan yang canggung
-
Terjadi
pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal
b)
Khusus
(1)
Tinggi
fundus uteri
(2)
Posisi dan
persentasi janin
(3)
Panggul dan
janin lahir
(4)
Denyut
jantung janin
2.
Diagnosa
keperawatan
a.
Penurunan
cardiac out put berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah yang besar.
b.
Ansietas
yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya pengetahuan mengenai efek
perdarahan dan menejemennya.
c.
Resiko
tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah abnormal,
kerusakan system imun.
3.
Rencana
keperawatan
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan/Kriteria
Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Penurunan kardiak output berhubungan dengan
perdarahan dalam jumlah yang besar
|
Setelah dilakukkanya tindakan keperawatan 2 X 24
jam diharapkan penurunan kardiak output tidak terjadi atau teratasi
dengan kriteria hasil :
o Volume darah intravaskuler dan
kardiak output dapat diperbaiki sampai nadi, tekanan darah, nilai
hemodinamik, serta nilai laboratorium menunjukkan tanda normal
|
1. Kaji dan catat TTV, TD serta
jumlah perdarahan.
2. Bantu pemberian pelayanan
kesehatan atau mulai sarankan terapi cairan IV atau terapi transfusi darah
sesuai kebutuhan.
|
Pengkajian yang akurat mengenai status hemodinamik
merupakan dasar untuk perencanaan, intervensi, evaluasi.
Memperbaiki volume vaskuler membutuhkan terapi IV
dan intervensi farmakologi. Kehilangan volume darah harus diperbaiki untuk
mencegah komplikasi seperti infeksi, gangguan janin dan gangguan vital ibu
hamil.
|
2
|
Ansietas berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan efek perdarahan dan manejemennya.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 diharapkan ansietas dapat berkurang dengan kriteria hasil :
1. Pasangan dapat mengungkapkan
harapannya dengan kata-kata tentang manajemen yang sudah direncanakan,
sehingga dapat mengurangi kecemasan pasangan.
|
1. Terapi bersama pasangan dan
menyatakan perasaan.
2. Menentukan tingkat pemahaman
pasangan tentang situasi dan manajemen yang sudah direncanakan.
3. Berikan pasangan informasi tentang
manajemen yang sudah direncanakan.
|
Kehadiran perawat dan pemahaman
secara empati merupakan alat terapi yang potensial untuk mempersiapkan
pasangan untuk menanggulangi situasi yang tidak diharapkan.
Hal yang diberikan perawat akan
memperkuat penjelasan dokter dan untuk memberitahu dokter jika ada penjelasan
yang penting.
Pendidikan pasien yang
diberikan merupakan cara yang efektif mencegah dan menurunkan rasa cemas.
Pengetahuan akan mengurangi ketakutan akan ha-hal yang tidak diketahui.
|
3.
|
Resiko
tinggi cedera (janin) b/d hipoksia jaringan/ organ,profil darah
abnormal,kerusakan system imun.
|
Kriteria
evaluasi :
Menunjukkan
profil darah dengan hitung SDP, Hb, dan pemeriksaan koagulasi DBN normal.
|
1. Kaji jumlah darah yang hilang.
Pantau tanda/gejala syok
2. Catat suhu, hitung SDP, dan bau
serta warna rabas vagina, dapatkan kultur bila dibutuhkan.
3. Catat masukan/haluaran urin. Catat
berat jenis urin.
4. Berikan heparin, bila
diindikasikan
5. Berikan antibiotic secara
parenteral
|
Hemoragi berlebihan dan menetap dapat mengancam
hidup klien atau mengakibatkan infeksi pascapartum, anemia pascapartum, KID,
gagal ginjal, atau nekrosis hipofisis yang disebabkan oleh hipoksia jaringan
dan malnutrisi.
Kehilangan darah berlebihan dengan penurunan Hb
meningkatkan risiko klien untuk terkena infeksi.
Penurunan perfusi ginjal mengakibatkan penurunan
haluaran urin.
Heparin dapat digunakan pada KID di kasus kematian
janin, atau kematian satu janin pada kehamilan multiple, atau untukmemblok
siklus pembekuan dengan melindungi factor-faktor pembekuan dan menurunkan
hemoragi sampai terjadi perbaikan pembedahan
Mungkin diindikasikan untuk mencegah atau
meminimalkan infeksi.
|
4.
Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama
pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama
melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.
5.
Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang
sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya.
Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam
melaksanakan rencana kegiatan klien secara optimal dan mengukur hasil dari
proses keperawatan.
Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan
dari rencana dan pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan klien.
Evaluasi dapat berupa : masalah teratasi dan masalah
teratasi sebagian.
6.
Penkes
Plasenta previa merupakan perdarahan di trimester
ketiga dan jika tidak mendapat penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok dan
kematian. Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan komplikasi Plasenta previa
dikategorikan pada asuhan keperawatan pada lingkup emergensi obstetri. Maka
untuk meminimalkan keterlambatan tahap III yaitu tidak adekuatnya penanganan di
fasilitas kesehatan diperlukan perawat yang sudah melalui pendidikan formal
seperti perawat spesialis keperawatan maternitas.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perdarahan yang salah satunya
disebabkan oleh plasenta previa, dapat menyebabkan kesakitan atau kematian baik
pada ibu maupun pada janinnya. Faktor resiko yang juga penting dalam terjadinya
plasenta previa adalah kehamilan setelah menjalani seksio sebelumnya ,kejadian
plasenta previa meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio. Kematian ibu
disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC (Disseminated Intravascular
Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat disebabkan karena
komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran kencing, pneumonia
post operatif dan meskipun jarang dapat terjadi embolisasi cairan amnion
(Hanafiah, 2004).
Terhadap janin, plasenta previa
meningkatkan insiden kelainan kongenital dan pertumbuhan janin terganggu
sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat yang kurang dibandingkan dengan
bayi yang lahir dari ibu yang tidak menderita plasenta previa. Risiko kematian
neonatal juga meningkat pada bayi dengan plasenta previa (Hanafiah, 2004).
B.
Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan
makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan pelayanan
keperawatan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi petugas-petugas Kesehatan
Diharapkan
dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam
bidang keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health
education dalam perawatan luka perineum untuk mencegah infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arief. 2001. Kapita
Selekta Kedokteran , edisi ketiga . Media Aesculapius FKUI .Jakarta
Marilynn E. Doenges & Mary
Frances Moorhouse, 2001, Rencana Perawatan Maternal/Bayi, edisi kedua.
Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Murah, Manoe dkk. 199. Pedoman
Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi. Bagian /SMF obstetri dan
ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.
Sandra M. Nettina. 2001. Pedoman
Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Sarwono. 1997. Ilmu
Kebidanan. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
No comments:
Post a Comment