ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KEHAMILAN SOLUSIO PLACENTA DAN GANGGUAN
PERSALINAN PARTUS LAMA
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas
Sistem Reproduksi
Di
Susun Oleh :
Alvian
Pristy Windiramadhan
Diana
Muktar
Ina
M.
Dians Yusuf Alen
Marsiana
Anggraeni
Riko
Susilawati
YAYASAN
INDRA HUSADA
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
2013
KATA
PENGANTAR
Segala puji dan syukur
penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan Rahmat sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini.
Maksud dan tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Mnajemen
keperawatan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ( STIKes ) Indramayu. Makalah
ini di beri judul : “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Kehamilan
Solusio Placenta dan Gangguan Persalinan Partus Lama”.
Penulis juga merasakan
tidak sedikit kesulitan-kesulitan yang dihadapi, namun berkat bantuan dan
dukungan serta partisipasi dari berbagai pihak baik berupa bimbingan, sumbangan
pemikiran, materi, dan tenaga serta dorongan semangat yang tidak ternilai
harganya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Untuk itu dengan segala
kerendahan hati penulis membuka diri untuk menerima saran serta kritikan yang
sifatnya membangun maupun masukan-masukan lain yang amat berarti untuk
perbaikan.
Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.
Drs. H. Turmin, BSc. Selaku Ketua
Yayasan Indra Husada.
2.
Lily Yulaikha, S.Si.T. Selaku Ketua
STIKes Indramayu
3.
M.Saefulloh,M.Kep. Selaku Ketua Prodi
Ilmu Keperawatan.
4.
Dede Husna, S.Kep., Ns. Selaku Wali
Kelas Ilmu Keperawatan Semester VI.
5.
Kitri. H , S.Kep., Ns. Selaku Dosen Mata
Sistem Reproduksi
6.
Orang tua dan keluarga tersayang, yang
telah banyak memberikan inspirasi dan dorongan semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah Sistem Reproduksi
7.
Teman-teman yang tidak mungkin penulis
sebutkan satu-persatu, yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga Tuhan berkenan untuk membalas kebaikan tersebut dengan pahala yang berlipat
ganda. Hanya kepada Tuhan jua kita memohon , hanya kepada Tuhan kita
berserah diri, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Tuhan yang
Maha Bijaksana lagi Maha Perkasa. Amin.
Harapan
penulis semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.
Indramayu, Mei
2013
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR
ISI ........................................................................................................... iv
BAB
I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang.......................................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah..................................................................................
1
1.3 Tujuan.....................................................................................................
2
BAB
II TINJAUAN TEORI .................................................................................. 3
2.1 SOLUSIO PLACENTA........................................................................
3
A. Pengertian Solusio Placenta............................................................
3
B.
Etiologi
............................................................................................. 4
C. Patofisiologi.......................................................................................
5
D. Manifestasi Klinis.............................................................................
5
E.
Pemeriksaan
Diagnostik..................................................................
5
F.
Komplikasi........................................................................................
6
G. Penatalaksanaan..............................................................................
9
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN KEHAMILAN SOLUSIO PLACENTA .......................................................................................... 10
A. Pengkajian........................................................................................
10
B. Diagnosa Keperawatan....................................................................
12
C. Intervensi...........................................................................................
13
2.3 PARTUS LAMA...................................................................................
16
A.
Pengertian
Partus Lama..................................................................
16
B.
Etiologi..............................................................................................
16
C. Patofisiologi.......................................................................................
16
D. Manifestasi Klinis.............................................................................
18
E. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................
19
F. Komplikasi........................................................................................
19
G. Penatalaksanaan..............................................................................
19
2.4 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN PERSALLINAN PARTUS LAMA...................................................................................
21
A. Pengkajian........................................................................................
21
B. Diagnosa Keperawatan....................................................................
25
C. Intervensi...........................................................................................
26
BAB
III PENUTUP ................................................................................................ 29
3.1
Kesimpulan ............................................................................................ 29
3.2
Saran ...................................................................................................... 30
LAMPIRAN
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Mortalitas
dan morbiditas merupakan maslah besar di negara berkembnag. Di perkirakan
ssetiap jam, dua perempuan mengalami kematian karena hamil atau melahirkan
akibat komplikasi pada amsa hamil atau persalinan. Di negara miskin, sekitar
25-50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh maslah yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan,
nifas. World Health Organization (WHO) memperkirakan
di seluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 meninggal saat hamil atau
bersalin. (D epkes RI, 2011).
Berdasarkan
data yang di kumpulkan WHO di negara-negara maju angka kematian ibu berkisar
10-15%/100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian
bayi (AKB) menjadi faktor penyebab menurunnya angka Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) bidang kesehatan mortalitas dan morbilitas pada wanita hamil dan bersalin
adalah masalah besar di negara berkembang. (Sarwono, 2007 : 23)
Angka
Kematian Ibu (AKI) ada Placenta adalah separasi premlah angka kematian
yang diperoleh dari kematian ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas per 100.000 kelahiran hidup pada waktu tertentu.
Penyebab kematian maternal yaitu : perdarahan (60%), infeksi (25%), gestosi
(15%) dan penyebab lainnya (5%).
Dari
data diatas banyak masalah yang muncul pada kehamilan, persalinan dan nifas
salah satunya adalah Solusio Placenta yang menjadi penyebab kematian maternal
tertinggi serta banyaknya masalah Partus lama yang sekarang banyak terjadi di
masyarat.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas dapat
dirumuskan masalah “bagaimana asuhan keperawatan pada kllien dengan gangguan
kehamilan solusio placenta dan gangguan persalinan partus lama?”
1.3 TUJUAN
A.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami
asuhan keperawatan terhadap klien dengan gangguan kehamilan solusio plasenta
dan gangguan persalinan partus lama
B.
Tujuan Khusus
· Untuk
mengetahui dan memahami pengertian solusio plasenta dan partus lama
· Untuk
mengetahui dan memahami macam solusio plasenta dan partus lama
· Untuk
mengetahui dan memahami patologi dan etiologi dari solusio plasenta dan partus
lama
· Untuk
mengetahui dan memahami penatalaksanaan keperawatan dari solusio plasenta dan
partus lama
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
2.1 SOLUSIO PLACENTA
A. Pengertian
Solusio plasenta adalah Terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta yang
implantasinya normal, sebelum janin dilahirkan, pada masa kehamilan atau
persalinan, disertai perdarahan pervagina, pada usia kehamilan 20 minggu.
Solusio plasenta (abruption plasenta atau accidental haemorage) adalah terlepasnya
plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri setelah kehamilan 20 minggu
atau sebelum janin lahir
Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah
separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri)
dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam
plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat
nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya
dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat.
Secara umum solusio placenta dapat dibagi menjadi :
a.
Solusio plasenta ringan
Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian
kecil plasenta yang tidak berdarah banyak akan menyebabkan perdarahan
pervaginan berwarna kehitaman dan sedikit. Perut terasa agk sakit atau terus
menerus agak tegang. Bagian janin masih mudah diraba.
b.
Solusio plasenta sedang
Plasenta telah terlepas lebih dari seperempat tanda
dan gejala dapat timbul perlahan atau mendadak dengan gejala sakit terus
menerus lalu perdarahan pervaginan. Dinding uterus teraba tegang.
c.
Solusio plasenta berat
Plasenta telah lepas dari dua pertiga permukaan
disertai penderita shock.
B. Etiologi
1.
Disebabkan oleh Penyakit Pada ibu: Renjatan, gagal ginjal akut (acute tubular
necrosis), Koagulasi Intravaskular Diseminata (disseminated intravascular
coagulation), atonia uteri/uterus couvelaire.
2.
Pada Janin meliputi: Asfiksia, BBLR, respiratory
dystress syndrome (RDS).
3.
Karena Tindakan / Terapi Pada Ibu : Reaksi transfusi,
kelebihan cairan, renjatan, infeksi, Pada Janin : asfiksia, infeksi, anemia.
4.
Faktor predisposisi yang mungkin ialah: Hipertensi
kronik, trauma eksternal, tali pusat pendek, defisiensi gizi, merokok, konsumsi
alkohol, penyalah gunaan kokain, umur ibu yang tua.
5.
Faktor pengunaan kokain. Penggunaan kokain
mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan pelepasan katekolamin,
yang mana bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus
dan dapat berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti
secara definitif. Angka kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu penggunan kokain
dilaporkan berkisar antara 13-35% .
6.
Faktor kebiasaan merokok. Ibu yang perokok juga
merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta sampai dengan 25% pada
ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu
yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa
abnormalitas pada mikrosirkulasinya. Deering dalam penelitiannya melaporkan
bahwa resiko terjadinya solusio plasenta meningkat 40% untuk setiap tahun ibu
merokok sampai terjadinya kehamilan
7.
Riwayat solusio plasenta sebelumnya. Hal yang sangat
penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta adalah
bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang tidak memiliki riwayat
solusio plasenta sebelumnya
8.
Pengaruh lain,
seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava
inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan
lain-lain
C. Patofisiologi
Terjadinya
solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua basalis yang kemudian
terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang melekat pada mometrium sehingga terbentuk
hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya
penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.
Ruptur
pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retro plasenta yang akan
memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas
dan mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya
janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah
tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput
ketuban.
D. Manifestasi Klinis
1.
Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan
pervaginan berwarna kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri
sampai dengan yang disertai nyeri perut, uterus tegang, perdarahan pervaginan yang
banyak, syok dan kematian janin intra uterin.
2.
Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda
syok.
3.
Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin
yang sukar dinilai, denyut jantung janin sulit dinilai / tidak ada, air ketuban
berwarna kemerahan karena tercampur darah.
E. Pemeriksaan
Diagnostik
1.
Pemeriksaan laboratorium
·
UHUrin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat
ditemukan silinder dan leukosit.
·
Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin,
hemotokrit, trombosit, waktu protombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin,
parsial, kadar fibrinogen, dan elektrolit plasma.
2.
Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
Pada
pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :
·
Terlihat daerah terlepasnya plasenta
·
Janin dan kandung kemih ibu
·
Darah
·
Tepian plasenta
3.
Kardioktokgrafi : untuk mengetahui kesejahteraan janin
Pemeriksaan Status Obstetri
a. Periksa Luar
: Uterus terasa tegang atau nyeri tekan, bagian-bagian janin sulit diraba,
bunyi jantung janin sering tidak terdengar atau terdapat gawat janin, apakah
ada kelainan letak atau pertumbuhan janin terhambat.
b. Inspeksi : Apakah
perdarahan berasal dari ostium uteri atau dari kelainan serviks dan vagina.
Nilai warna darah, jumlahnya, apakah encer atau disertai bekuan darah. Apakah
tampak pembukaan serviks, selaput ketuban, bagian janin atau plasenta.
c.
Periksa Dalam :Perabaan fornises hanya dilakukan pada
janin presentasi kepala, usia gestasi di atas 28 minggu dan curiga plasenta
praevia. Nilai keadaan serviks, apakah persalinan dapat terjadi kurang dari 6
jam, berapa pembukaan, apa presentasi janin, dan adakah kelainan di daerah
serviks dan vagina.
F. Komplikasi
Komplikasi
solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang
terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung.
Komplikasi
yang dapat terjadi pada ibu :
1. Syok
perdarahan.
Pendarahan antepartum
dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat dicegah, kecuali
dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah
diselesaikan,penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi
uterus yang tidak kuatuntuk menghentikan perdarahan pada kala III persalinan
dan adanya kelainan pada pembekuan darah. Pada solusio plasenta berat keadaan
syok sering tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat. Titik akhir
dari hipotensi yang persisten adalah asfiksia, karena itu pengobatan segera
ialah pemulihan defisit volume intravaskuler secepat mungkin. Angka kesakitan
dan kematian ibu tertinggi terjadi pada solusio plasenta berat. Meskipun
kematian dapat terjadi akibat nekrosis hipofifis dan gagal ginjal, tapi
mayoritas kematian disebabkan syok perdarahan dan penimbunan cairan yang
berlebihan. Tekanan darah tidak merupakan petunjuk banyaknya perdarahan, karena
vasospasme akibat perdarahan akan meninggikan tekanan darah. Pemberian terapi
cairan bertujuan mengembalikan stabilitas hemodinamik dan mengkoreksi keadaan
koagulopathi. Untuk tujuan ini pemberian darah segar adalah pilihan yang ideal,
karena pemberian darah segar selaindapatmemberikan sel darah merah juga
dilengkapi oleh platelet dan faktor pembekuan.
2. Gagal
ginjal.
Gagal ginjal merupakan
komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio plasenta, pada dasarnya
disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi. Biasanya
terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong
dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan
pembekuan intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat nekrosis
tubuli atau nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu oliguria hanya
dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang harus secara rutin
dilakukan pada solusio plasenta berat. hipovolemia, secepat mungkin
menyelesaikan persalinan dan mengatasi kelainan pembekuan darah.
3. Kelainan
pembekuan darah.
Kelainan pembekuan
darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia. Dari
penelitian yang dilakukan oleh Wirjohadiwardojo di RSUPNCM dilaporkan kelainan
pembekuan darah terjadi pada 46% dari 134 kasus solusio plasenta yang
ditelitinya. Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita hamil cukup bulan ialah
450 mg%, berkisar antara 300-700 mg%. Apabila kadar fibrinogen plasma kurang
dari 100 mg% maka akan terjadi gangguan pembekuan darah.
Mekanisme gangguan
pembekuan darah terjadi melalui dua fase, yaitu:
·
Fase I Pada pembuluh darah terminal
(arteriole, kapiler, venule) terjadi pembekuan darah, disebut disseminated
intravasculer clotting. Akibatnya ialah peredaran darah kapiler
(mikrosirkulasi) terganggu. Jadi pada fase I, turunnya kadar fibrinogen
disebabkan karena pemakaian zat tersebut, maka fase I disebut juga coagulopathi
consumptive. Diduga bahwa hematom subkhorionik mengeluarkan tromboplastin yang
menyebabkan pembekuan intravaskuler tersebut. Akibat gangguan mikrosirkulasi
dapat mengakibatkan syok, kerusakan jaringan pada alat-alat yang penting karena
hipoksia dan kerusakan ginjal yang dapat menyebabkan oliguria/anuria.
·
Fase II Fase ini sebetulnya fase
regulasi reparatif, yaitu usaha tubuh untuk membuka kembali peredaran darah
kapiler yang tersumbat. Usaha ini dilaksanakan dengan fibrinolisis.
Fibrinolisis yang berlebihan malah berakibat lebih menurunkan lagi kadar
fibrinogen sehingga terjadi perdarahan patologis. Kecurigaan akan adanya
kelainan pembekuan darah harus dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium,
namun di klinik pengamatan pembekuan darah merupakan cara pemeriksaan yang
terbaik karena pemeriksaan laboratorium lainnya memerlukan waktu terlalu lama,
sehingga hasilnya tidak mencerminkan keadaan penderita saat itu.
4.
Apoplexi uteroplacenta (Uterus
couvelaire)
Pada solusio plasenta
yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di bawah perimetrium
kadang-kadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini menyebabkan gangguan
kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau ungu yang
biasa disebut Uterus couvelaire. Tapi apakah uterus ini harus diangkat atau
tidak, tergantung pada kesanggupannya dalam membantu menghentikan perdarahan.
Komplikasi
yang dapat terjadi pada janin:
1. Fetal distress
2. Gangguan pertumbuhan/perkembangan
3. Hipoksia dan anemia
4. Kematian
G. Penatalaksanaan
1. Terapi
Medika.
a.
Tidak terdapat renjatan : usia gestasi < 36 minggu
atau TBJ < 2500 gram.
1)
Ringan : terapi konservatif bila ada perbaikan
(perdarahan berhenti, kontraksi uterus tidak ada, janin hidup dan keadaan umum
ibu baik) dan dapat dilakukan pemantauan ketat keadaan janin dan ibu. Pasien
tirah baring, atasi anemia, USG dan KTG serial (bila memungkinkan) dan tunggu
partus normal. Terapi aktif dilakukan bila ada perburukan (perdarahan
berlangsung terus, kontraksi uterus terus berlangsung, dan dapat mengancam ibu
dan atau janin). Bila perdarahan banyak, skor pelvik < 5 atau persalinan
masih lama > 6 jam, lakukan seksio sesarea. Bila partus dapat terjadi < 6
jam, amniotomi dan infus oksitosin.
2)
Sedang / Berat : resusitasi cairan, atasi anemia
(transfusi darah), partus pervaginam bila < 6 jam (amniotomi dan infus
oksitosin); bila perkiraan partus > 6 jam, lakukan seksio sesarea.
b.
Tidak terdapat renjatan : usia gestasi 36 minggu atau
2500 gram.
Solusio plasenta derajat ringan/sedang/berat bila persalinan lebih dari 6 jam, lakukan seksio sesarea.
Solusio plasenta derajat ringan/sedang/berat bila persalinan lebih dari 6 jam, lakukan seksio sesarea.
c.
Terdapat renjatan :
Atasi
renjatan, resusitasi cairan dan transfusi darah. Bila renjatan tidak teratasi,
upayakan tindakan penyelamatan yang optimal. Bila renjatan dapat diatasi,
pertimbangkan untuk seksio sesarea bila janin hidup atau partus lebih lama dari
6 jam.
2.
Terapi Bedah
a.
Partus per vaginam dengan kala dua dipercepat.
b.
Seksiosesarea atas indikasi medik.
c.
Seksiohisterektomi bila terdapat perdarahan postpartum
yang tidak dapat diatasi dengan terapi medikamentosa atau ligasi arteri
uterina. Ligasi hipogastrika hanya boleh dilakukan oleh operator yang kompeten.
2.2
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KELAINAN KEHAMILAN SOLUSIO PLACENTA
A. PENGKAJIAN
a. Identitas
klien secara lengkap
b. Aktivitas
atau istirahat.
Dikaji secara subyektif yang
terdiri dari data tidur istirahat 24 jam terakhir, pekerjaan, kebiasaan
aktivitas atau hobi. Dan secara obyektif, data terdiri dari pengkajian neuro
muscular.
c. Sirkulasi.
Secara subyektif mulai dari
riwayat, peningkatan tekanan darah, masalah jantung, keadaan ekstremitas serta
kelaian-kelainan yang disamapaikan oleh klien perihal sirkulasi. Dan secara
obyektif yang terdiri dari TD berbagai posisi (duduk, berbaring, berdiri, baik
kanan maupun kiri), nadi secara palpasi, bunyi jantung, ekstremitas (suhu,
warna, pengisian kapiler, tanda hofman, varises), warna/sianosis diberbagai
region tubuh.
d. Integritas
Ego.
Secara subyektif mulai dari
kehamilan yang direncanakan, pengalaman melahirkan sebelumnya, sikap dan
persepsi, harapan selama persalinan, hubungan keluarga, pendidikan dan
pekerjaan (ayah), masalah financial, religious, faktor budaya, adanya faktor
resiko serta persiapan melahirkan. Dan secara obyektif, terdiri dari respon
emosi terhadap persalinan, interaksi dengan orang pendukung, serta
penatalaksanaan persalinan.
e. Eliminasi.
Data didapat secara subyektif dan
obyektif terkait dengan eliminasi
f. Makanan
atau cairan
Data didapat secara subyektif dan obyektif
terkait dengan makanan atau cairan yang masuk kedalam tubuh baik secara
parenteral maupun enteral serta kelainan-kelainan yang terkait.
g. Higiene.
Data didapat secara subyektif dan
obyektif terkait dengan kebersihan diri klien.
h. Neurosensori.
Data didapat secara subyektif dan
obyektif terkait dengan kondisi neurosensori dari klien.
i.
Nyeri/Ketidaknyamanan.
Data didapat secara subyektif dan
obyektif terkait dengan rasa nyeri atau ketidaknyamanan dari klien akibat dari
proses persalinan.
j.
Pernafasan.
Data didapat secara subyektif dan
obyektif terkait dengan pernafasan serta kelainan- kelainan yang dialami dan
kebiasaan dari klien.
k. Keamanan.
Data didapat secara subyektif dan
obyektif terkait dengan alergi/sensitivitas, riwayat PHS, status kesehatan,
bulan kunjungan prenatal pertama, masalah dan tindakan obstetric sebelumnya dan
terbaru, jarak kehamilan, jenis melahirkan sebelumnya, tranfusi, tinggi dan
postur ibu, pernah terjadi fraktur atau dislokasi, keadaan pelvis, persendian,
deformitas columna fertebralis, prosthesis, dan alat ambulasi. Dan data
objektif diperoleh dari suhu, integritas kulit (terjadi ruam, luka, memar,
jaringan parut), parastesia, status dari janin mulai dar frekuensi jantung
hingga hasil, status persalinan serta kelainan-kelainan terkait, kondisi dari
ketuban, golongan darah dari pihak ayah ataupun ibu, screening test dari darah,
serologi, kultur dari servik atau rectal, kutil atau lesi vagina dan varises
pada perineum.
l.
Seksual.
Data subjektif di dapat dari
periode menstruasi akhir serta keadaankeadaan terkait seksual dari ibu8 ataupun
bayi dan juga riwayat melahirkan. Data objektif di dapat dari keadaan pelvis,
prognosis untuk melahirkan, pemeriksaan bagian payudarah dan juga tes serologi.
m. Interaksi
Sosial.
Data subjektif di dapat dari status
perkawinan, lama tahun berhubungan anggota keluarga, tinggal dengan, keluarga
besar, orang pendukung, leporan masalah. Data objektif di dapat dari komunikasi
verbal/non verbal dengan keluarga/orang terdekat, pola interaksi social
(perilaku).
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Nyeri
(akut) berhubungan dengan trauma jaringan.
2. Ansietas
berhubungan dengan ancaman yang dirasakan pada klien atau janin.
3. Infeksi,
berhubungan dengan resiko tinggi terhadap prosedur invasive
C. INTERVENSI
Diagnosa
1: Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan
Hasil
yang diharapkan : klien akan mengungkapkan
penatalaksanaan/reduksi
nyeri.
Intervensi
:
1. Bantu
dengan penggunaan tekhnik pernafasan.
R/
mendorong relaksasi dan memberikan klien cara mengatasi dan mengontrol tingkat
nyeri.
2. Anjurkan
klien untuk menggunakan teknik relaksasi. Berikan instruksi bila perlu.
R/
relaksasi dapat membantu menurunkan tegangan dan rasa takut, yang memperberat
nyeri.
3. Berikan
tindakan kenyamanan (pijatan, gosokan punggung, sandaran bantal, pemebrian
kompres sejuk, dll).
R/
meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kooping dan kontrol klien.
4. Kolaborasi
memberikan sedatif sesuai dosis.
R/
meningkatkan kenyamanan dengan memblok impuls nyeri.
Diagnosa
2: Ansietas berhubungan dengan ancaman yang dirasakan pada klien/janin.
Hasil yang diharapkan : Klien akan
melaporkan ansietas berkurang dan/ atau teratasi, tampak rileks.
Intervensi
:
1. Kaji
status psikologis dan emosional
R/
adanya gangguan kemajuan normal dari persaliann dapat memperberat perasaan
ansietas dan kegagalan. Perasaan ini dapat mengganggu kerja sama klien dan
menghalangi proses induksi.
2. Anjurkan
pengungkapan perasaan.
R/
Klien mungkin takut atau tidak memahami dengan jelas kebutuhan terhadap induksi
persalinan. Rasa gagal karena tidak mampu ”melahirkan secara alamiah” dapat
terjadi.
3. gunakan
terminologi positif, hindari penggunaan istilah yang menandakan abnormalitas
prosedur atau proses.
R/
Membantu klien/pasangan menerima situasi tanpa menuduh diri sendiri.
4. Dengarkan
keterangan klien yang dapat menandakan kehilangan harga diri.
R/
Klien dapat meyakini bahwa adanya intervensi untuk membantu proses persalinan
adalah refleksi negatif pada kemampuan dirinya sendiri.
5. Berikan
kesempatan pada klien untuk memberi masukan pada proses pengambilan keputusan.
R/
Meningkatkan rasa kontrol klien meskipun kebanyakan dari apa yang sedang
terjadi diluar kontrolnya.
6. anjurkan
penggunaan/kontinuitas teknik pernapasan dan latihan relaksasi.
R/
Membantu menurunkan ansietas dan bmemungkinkan klien berpartisipasi secara
aktif.
Diagnosa
3: Infeksi,berhubungan dengan resiko tinggi terhadap prosedur invasive.
Hasil yang di harapkan : Klien akan
bebas dari infeksi, pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa
komplikasi.
Intervensi
:
1. Tinjau
ulang kondisi/faktor risiko yang ada sebelumnya.
R/
Kondisi dasar ibu, seperti diabetes atau hemoragi, menimbulkan potensial risiko
infeksi atau penyembuhan luka yang buruk. Risiko korioamnionitis meningkat
dengan berjalannya waktu, membuat ibu dan janin pada berisiko. Adanya proses
infeksi janin pada berisiko. Adanya proses infeksi dapat meningkatkan risiko
kontaminasi janin.
2. Kaji
terhadap tanda dan gejala infeksi (misalnya, peningkatan suhu, nadi, jumlah sel
darah putih, atau bau/warna rabas vagina).
R/
Pecah ketuban terjadi 24 jam sebelum pembedahan dapat mengakibatkan
korioamnionitis sebelum intervensi bedah dan dapat mengubah penyembuhan luka.
3. Kolaborasi
melakukan persiapan kulit praoperatif; scrub sesuai protokol.
R/
Menurunkan risiko kontaminan kulit memasuki insisi, menurunkan risiko infeksi
pascaoperasi.
4. Kolaborasi
melakukan kultur darah, vagina, dan plasenta sesuai indikasi.
R/
Mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan tingkat keterlibatan.
5. Kolaborasi
dalam mencatat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht); catat perkiraan kehilangan
darah selama prosedur pembedahan.
R/
Risiko infeksi pasca-melahirkan dan penyembuhan buruk meningkat bila kadar Hb
rendah dan kehilangan darah berlebihan.
6. Kolaborasi
dalam memberikan antibiotik spektrum luas pada pra operasi.
R/
Antibiotik profilaktik dapat dipesankan untuk mencegah terjadinya proses
infeksi, atau sebagai pengobatan pada infeksi yang teridetifikasi.
2.3
PARTUS
LAMA
A. Pengertian
Partus
lama adalah suatu keadaan dari suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan
berlangsung lama sehingga timbul komplikasi ibu maupun janin (anak).
Partus
lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam
atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis waspada
persalinan aktif
Partus
lama : Persalinan yang berlangsung
lebih dari 24 jam pada primi dan lebihdari 18 jam pada multi (maternal
neonatal).
Partus
lama :
partus yang melebihi batas waktu partus normal
B. Etiologi
Sebab-sebab
terjadiya partum lama ini adalah multi komplek dan tentunya saja tergantung
pada pengawasan selagi hamil, pertolongan yang baik dan pelaksanaannya.
Faktor-faktor penyebab adalah
antara lain:
a.
Kelainan letak janin
b.
Kelainan-kelainan panggul
c.
Kelainan his
d.
Pimpinan partus yang salah
e.
Janin besar atau ada kelainan kongeital
f.
Primitua
g.
Perut gantung grande multi
h.
Ketuban pecah dini
C. Patofisiologi
Penyebab
kemacetan dapat karena
a.
Faktor Panggul : kesempitan panggul
b.
Faktor anak : kelainan letak
c.
Faktor tenaga : hipotenia
d.
Faktor penolong : pimpinan yang salah
1. Faktor
panggul
a) Kesempitan
pada pintu atas panggul
pintu atas panggul dianggap sempit
apabila conjugata vera kurang dari 10cm atau diameter transversa kurang dari 12
cm. oleh karena pada panggulsempit kemungkinan lebih besar bahwa kepala
tertahan oleh pintu atas panggul, maka dalam hal ini Serviks uteri kurang
mengalami tekanankepala. Apabila pada panggul sempit pintu atas panggul tidak
tertutupdengan sempurna oleh kepala janin, ketuban bisa pecah pada
pembukaankecil dan ada bahaya pula terjadinya prolapsus funikuli.
b) Kesempitan
pintu panggul tengah
ukuran terpenting adalah distansia
interspinarum kurang dari 9.5 cm perlukita waspada terhadap kemungkinan
kesukaran pada persalinan, apabiladiameter sagitalis posterior pendek pula.
c) Kesempitan
pintu bawah panggul
bila diameter transversa dan
diameter sagitalis posterior kurang dari 15cm, maka sudut arkus pubis mengecil
pula (<80°) sehingga timbulkemacetan pada kelahiran janin ukuran biasa.
2. Faktor
Anak
Letak : Defleksi
a) Presentasi
Puncak Kepala
b) Presentasi
Muka
c) Presentasi
Dahi
Posisi Oksiput Posterior PersistenKadang
– kadang ubun – ubun kecil tidak berputar ke depan, tetapi tetap berada di
belakang
d) Letak
belakang kepala ubun – ubun kecil melintang karena kelemahanhis dan kepala
janin bundar.
Letak tulang ubun – ubun
1. Positio
occiput pubica (anterior)Oksiput berada dekat simfisis
2. Positio
occiput sacralis (posterior)Oksiput berada dekat sakrum.
· Letak
sungsang
· Letak
Lintang
3. Kelainan
tenaga
Inersia uteri adalah his yang
sifatnya lebih lemah, lebih singkat dan lebih jarang dibandingkan dengan his
yang normal.
· Inersia
Uteri Primer Kelemahan his timbul sejak dari permulaan persalinan.
· Sinersia
Uteri Sekunder Kelemahan his yang timbul stelah adanya his yang kuat teratur
dandalam waktu yang lama.Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih
dari 24 jam dihitungdari awal pembukaan sampai lahirnya anak.
D.
Manifestasi
Klinis
1. Tanda
– tanda kelelahan dan intake yang kurang
a. Dehidrasi,
nadi cepat dan lemah
b. Metorismus
c. Febris
d. His
yang hilang/ melemah
2. Tanda
– tanda rahim pecah (rupture uteri)
a. Perdarahan
melaluli orivisium eksternum
b. His
yang hilang
c. Bagian
janin yang mudah teraba
d. Robekan
dapat meluas sampai cervix dan vagina
3. Tanda
infeksi intra uteri
a. Keluar
air ketuban berwarna keruh kehijauan dan berbau, kadang bercampur dengan
meconium
b. Suhu
rectal > 37,50 c
4. tanda
gawat janin
a. Air
ketuban bercampur dengan mekonium
b. Denyut
jantung janin irreguler
c. Gerak
anak berkurang atau hiperaktif ( gerak konfulsif)
E.
Pemeriksaan
Diagnostik
1. Pemeriksaan
laboratorium rutin (Hb dan urinalisis serta protein urine).
2. Pemeriksaan
laboratorium khusus.
3. Pemeriksaan
ultrasonografi.
4. Pemantauan
janin dengan kardiotokografi.
5. Amniosentesis
dan Kariotiping.
F.
Komplikasi
1. Ibu
a. Infeksi
sampai sepsis
b. Dehidrasi,Syok,Kegagalan
fungsi organ-organ
c. Robekan
jalan lahir
d. Robekan
pada buli-buli,vagina,uterus dan rektum.
2.
Anak
a. Gawat
janin dalam rahim sampai meninggal
b. Lahir
dalam asfiksia berat sehingga menimbulkan cacat otak menetap
c. Trauma
persalinanPatah tulang,dada,lengan,kaki,kepala karena pertolongan
persalinandengan tindakan.
G.
Penatalaksanaan
Terapi
nonfarmakologi
1. Memperbaiki
keadaan umum ibu
a. Koreksi
cairan ( rehidrasi)
b. Koreksi
keseimbangan asam basa
c. Koreksi
keseimbangan elektrolit
d. Pemberian
kalori
e. Pemberantasan
infeksi
f. Penurunan
panas
2. Mengakhiri
persalinan dengan cara tergantung dari penyebab kemacetan atau anak hidup atau
mati. Sebaiknya tindakan pertama dilakukan lebih dahulu sampai kondisi ibu
optimal untuk dilakukan tindakan kedua, diharapkan dalam 2-3 jam sudah ada
perbaikan
3. Bila
pembukaan lengkap dan syarat-syarat persalinan pervaginam terpenuhi maka dapat
dilakukan ekstraksi vacum, ekstraksi forcep, atau perforasi kranioflasi
4. Bila
pembukaan belum lengkap dilakukan sectio caesarea. Persalinan normal
berlangsung lebih kurang 14 jam, dari awal pembukaan sampai lahirnya anak
Apabila terjadi perpanjangan dari
1) Fase
laten (primi : 20 jam, multi : 14 jam)
2) fase
aktif (primi: 1,2 cm/ jam, multi 1 ½ cm/ jam)
3) kala
III (primi : 2 jam, multi : 1jam)
maka disebut partus lama. Partus
lama jika tidak segera diakhiri akan menimbulkan :
a. Kelelahan
pada ibu karena mengejan terus-menerus sedangkan intake kalori biasanya
berkurang
b. dehidrasi
dan gangguan keseimbangan asam basa/ elektrolit karena intake cairan yang
kurang
c. gawat
janin sampai kematian karena asfiksia dalam jalan lahir.
d. infeksi
rahim, timbul karena ketuban pecah lama sehingga terjadi infeksi rahim yang
dipermudah karena adanya manipulasi penolong yang kurang steril
e. perlukaan
jalan lahir, timbulkan persalinan yang traumatik
Terapi
farmakologi
1. Perbaiki
keadaan umum ibu :- Rehidrasi : Dekstroset 5 – 10 %, 500 cc dalam 1 – 2 jam
pertama, selanjutnya tergantungproduksi urine-
2. Pemberian
Antibiotik :
Penisilin Prokain 1 juta IU
Intramuscular
Streptomisin : 1 gr Intramuscular
3. Obsrvasi
1 jam, kecuali bila keadaan mengharuskan untuk segera bertindak.
2.4
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PERSALINAN PARTUS LAMA
A. Pengkajian
1)
Anamnesa
a.
Biodata
meliputi: Nama, Umur
mengetahui usia ibu apakah termasuk resiko tinggi / tidak (terlalu muda apabila
< 20 tahun atau terlalu tua > 35 tahun), Pendidikan pemberian informasi
yang tepat bagi klien, pekerjaan
b.
Keluhan
Utama.
Pada umumnya klien mengeluh
nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut, adanya his yang makin sering,
teratur, keluarnya lendir dan darah, perasaan selalu ingin buang air kemih,
bila buang air kemih hanya sedikit-sedikit (Cristina’s Ibrahim, 1993,7).
c.
Riwayat
penyakit sekarang .
Dalam pengkajian ditemukan ibu
hamil dengan usia kehamilan anatara 38 –42 minggu (Cristina’s Ibrahim, 1993,3)
disertai tanda-tanda menjelang persalinan yaitu nyeri pada daerah pinggang
menjalar ke perut, his makin sering, tertaur, kuat, adanya show (pengeluaran
darah campur lendir).kadang ketuban pecah dengan sendirinya. (Ida Bagus Gde
Manuaba, 1998; 165).
d.
Riwayat
penyakit dahulu.
Adanya penyakit jantung,
Hypertensi, Diabitus mielitus,
TBC, Hepatitis, penyakit kelamin, pembedahan yang pernah dialami, dapat memperberat persalinan.
e.
Riwayat
penyakit keluarga.
Adanya penyakit jantung,
hipertensi, diabitus mielitus, keturunan hamil kembar pada klien, TBC,
Hepatitis, Penyakit kelamin, memungkinkan penyakit tersebut ditularkan pada
klien, sehingga memperberat persalinannya.
f.
Riwayat
Obstetri.
· Riwayat haid.
Ditemukan amenorhhea (aterm 38-42 minggu), prematur kurang dari 37 minggu.
· Riwayat kebidanan.
Adanya gerakan janin, rasa
pusing,mual muntah, daan lain-lain. Pada primigravida persalinan berlangsung
13-14 jam dengan pembukaan 1cm /jam, sehingga pada multigravida berlangsung 8
jam dengan 2 cm / jam
g.
Riwayat
psikososialspiritual dan budaya.
Perubahan psikososial pada
trimester I yaitu ambivalensi, ketakutaan dan fantasi .Pada trimester II adanya
ketidak nyamanan kehamilan (mual, muntah), Narchisitik, Pasif dan introvert.
Pada trimester III klien merasa tidak feminin lagi karena perubahan
tubuhnya,ketakutan akan kelahiran bayinya,distress keluarga karena adaanya
perasaan sekarat selama persalinan berlangsung
h.
Pola
Kebutuhan sehari-hari.
· Nutrisi
Adanya his berpengaruh
terhadapkeinginan atau selera makan yang menurun.
· Istirahat tidur.
Klien dapat tidur
terlentang,miring ke kanan / kiri tergantung pada letak punggung anak,klien
sulit tidur terutama kala I – IV.
· Aktivitas.
Klien dapat melakukan aktivitas
seperti biasanya, terbatas pada aktivitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, tidak mebuat klien cepat lelah, capai, lesu.Pada kala I apabila kepala
janin telah masuk sbagian ke dalam PAP serta ketuban pecah, klien dianjurkan
duduk / berjalan-jalan disekitar ruangan / kamar bersalin.. Pada kala II kepala
janin sudah masuk rongga PAP klien dalam posisi miring ke kanan / kiri .
· Eliminasi.
Adanya perasaan sering / susah
kencing selama kehamilan dan proses persalinan. Pada akhir trimester III dapat terjadi
konstipasi.
· Personal Hygiene.
Kebersihan tubuih senantiasa
dijaga kebersihannya.Baju hendaknya yang longgar dan mudah dipakai, sepatu /
alas kaki dengan tumit tinggi agar tidak dipakai lagi.
· Seksual.
Terjadi disfungsi seksual
yaitu perubahan dalam hubungan seksual / fungsi dari sek yang tidak adekuat
karena adanya proses persalinan dan nifas.
2)
Pemeriksaan
fisik
a.
Pemeriksaan
fisik umum
a)
Kesan umum
·
Apakah
tampak sakit
·
Bagaimana
kesadarannya
·
Apakah
tampak pucat ( anemis )
b)
Pemeriksaan
tanda vital
·
Tekanan
darah
·
Nadi
·
Suhu
·
Pernafasan
b.
Pemeriksaan
khusus abdomen
a)
Kesan
abdomen
·
Perut
kembung
·
Apakah
tampak gerak janin
b)
Pemeriksaan
Leopold
c)
Terdapat
tanda abdominal, seperti:
·
Rasa nyeri
berlebihan
·
Tanda cairan
bebas dengan abdomen
·
Kesan
lingkaran Bandle meningkat/ tinggi
·
Bagian janin
mudah diraba
·
Tampak
perdarahan pervaginam
d)
Pemeriksaan
DJJ
·
DJJ normal
antara 120-160
·
Keteraturan
e)
Apakah
disertai pengeluaran mekonium pada letak kepala
c.
Pemeriksaan
dalam
Pemeriksaan dalam sebaiknya
dilakukan setiap 4 jam selama pada kala I pada
persalinan, dan setelah selaput ketuban pecah.
a)
Pada setiap
pemeriksaan dalam catatlah hal-hal sebagai berikut;
·
Warna cairan
amnion
·
Dilatasi
serviks
·
Penurunan
kepala (yang dapat dicocokkan dengan periksa luar)
b)
Jika serviks
belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama, mungkin diagnosis inpartum belum
dapat ditegakkan.
·
Jika
terdapat kontraksi yanag menetap, periksa ulang wanita tersebut setelah 4 jam
untuk melihat perubahan pada serviks. Pada tahap ini, jika serviks terasa tipis
dan terbuka maka wanita tersebut dalam keadaan inpartu, jika tidak terdapat
perubahan, maka diagnosisnya adalah persalinan palsu.
c)
Pada kala II
persalinan lakukan pemeriksaan dalam setiap jam.
Periksa
luar
|
Periksa
dalam
|
Keterangan
|
5/5
4/5
3/5
2/5
1/5
0/5
|
H I
H I-II
H II +
H II +
H III-H IV
H IV
|
Kepala di
atas PAP, mudah digerakkan.
Sulikt
digerakkan bagian terbesar kepala belum masuk panggul.
Bagian
terbesar kepala belum masuk panggul.
Bagian terbesar
kepala sudah masuk panggul.
Kepala di
dasar panggul.
Di
perineum
|
Keterangan:
Periksa luar dengan cara palpasi
Periksa dalam dengan VT (Vaginal Touch)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan pemanjangan persalinan dan pembatasan cairan/
tidak adekuatnya intake cairan.
2. Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tidak efektifnya dalam mengikuti proses
persalinan.
3. Resiko
infeksi berhubungan dengan ketuban pecah, adanya perangsangan pada vagina
dengan menggunakan alat seperti : kateter.
4. Gangguan
perfusi jaringan plasenta fetal distres berhubungan dengan memanjangnya proses
persalinan.
C. Intervensi
Diagnosa 1: Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan pemanjangan persalinan dan pembatasan cairan/ tidak adekuatnya intake cairan
Tujuan : Rehidrasi cairan pasien
tercapai dalam proses persalinan
Intervensi
:
1. pemberian
cairan IV sesuai program pengobatan
Rasional : cairan IV
menggantikan cairan yang hilang dalam tubuh
2. cek
bibir pasien dan kekeringan membran mukosa dan turgor kulit
Rasional : dengan
pengkajian klinik tahu tanda-tanda dehidrasi
3. monitor
cairan pasien intake dan output
Rasional : membantu
untuk mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh
Diagnosa 2: Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan tidak efektifnya dalam mengikuti proses persalinan
Tujuan
:Pengurangan rasa nyeri yang dialami selama proses persalinan
Intervensi
:
1. Bantu
pasien untuk memberikan support dengan menunggu pasien selama mungkin
Rasional : dengan
kehadiran perawat secara kekeluargaan mengurangi rasa nyeri
2. Pimpin
pasien dalam teknik bernafas dan latihan relaksasi
Rasional : mengurangi
rasa tidak nyaman
3. Memberikan
rasa nyaman, elusan pinggang dan penggantian posisi
Rasional : mengurangi
ketidaknyamanan dan menolong untuk rileks
Diagnosa 3: Resiko infeksi berhubungan dengan
ketuban pecah, adanya perangsangan pada vagina dengan menggunakan alat misal :
kateter
Tujuan :Tidak terjadi tanda – tanda
infeksi sebagai akibat distosia
Intervensi
1. Monitor
suhu, nadi tiap 2 jam
Rasional : peningkatan
nadi adalah salah satu tanda infeksi
2. Dilakukan
vulva higiene sebelum tindakan intra vaginal ( dengan menggunakan bahan
desinfektan yodium bila tidak alergi dengan yodium
Rasional : dapat
mengurangi masuknya kuman/ bakteri pada kulit selama tindakan
3. Penggunaan
sarung tangan steril serta teknik yang baik dan benar selama tindakan intra
vaginal
Rasional : meminimalkan
masuknya kuman
4. Perlakukan
terhadap intra vaginal jika ada indikasi
Rasional: dengan
menggunakan pengkajian dan monitoring dapat mengurangi kemungkinan rupturnya
membran ( ketuban)
Diagnosa 4 : gangguan perfusi jaringan plasenta
fetal distres berhubungan dengan memanjangnya proses persalinan
Tujuan
:perkembangan bunyi jantung janin baik
Intervensi
:
1. Observasi
tanda-tanda fetal distres
Rasional : penurunan
indikasi terjadinya fetal distres
2. Observasi
warna campuran amnion
Rasional : mekonium
keruh atau tidak bersih indikasi fetal distres
3. Posisi
klien miring ke posisi lateral
Rasional : pasisi ini
mengalirkan darah ke plasenta bertambah
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Solulusio
plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin
lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Keadaan
klien dengan solution plasenta memiliki beberapa macam berdasarkan tingkat
keparahannya, tingkat keparahan ini dilihat dari volume perdarahan yang terjadi
mulai dari solutio ringan hingga berat. Trauma langsung abdomen, hipertensi ibu
hamil, umbilicus pendek atau lilitan tali pusat, janin terlalu aktiv sehingga
plasenta dapat terlepas, tekanan pada vena kafa inferior, dan lain-lain
diketahui bahwa sebagai penyebab dari solution plasenta. Beberapa faktor yang
menjadi faktor predisposisi solution plasenta itu sendiri didapat dan diketahui
mulai dari faktor fisik dan psikologis dengan kata lain ditinjau dari
kebiasaan-kebiasaan klien yang dapat mendukung timbulnya solution plasenta.
Adapun komplikasi dari nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas
vagina). pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas,
usia kehamilan dan lamanya nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas
vagina). berlangsung. Komplikasi terparah dari solution plsenta dapat
mengakibatkan syok dari perdarahan yang terjadi, keadaan seperti ini sangat berpengaruh
pada keselamatan dari ibu dan janin. Penatalaksanaan dari solution plaseenta
dapat dilakukan secara konservatif dan secara aktif. Masing-masing dari
penatalaksaan tersebut mempunyai tujuan demi keselamatan baik bagi ibu, janin,
ataupuun keduanya.
Partus lama
adalah suatu keadaan dari suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan
berlangsung lama sehingga timbul komplikasi ibu maupun janin (anak).
1. Kelainan
letak janin
2. Kelainan-kelainan
panggul
3. Kelainan
his
4. Pimpinan
partus yang salah
5. Janin
besar atau ada kelainan kongeital
6. Primitua
7. Perut
gantung grande multi
8. Ketuban
pecah dini
3.2
Saran
1. Diharapkan
perawat serta tenaga kesehatan lainnya mampu memahami dan mendalami dari
solution plasenta dan partus lama.
2. Perawat
serta tenaga kesehatan lainnya mampu meminimalkan factor risiko dari solution
plasenta dan partus lama demi mempertahankan dan meningkatkan status derajat
kesehatan ibu dan anak.
3. Institusi
kesehatan terkait dapat menyediakan dan mempersiapkan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalm kejadian-kejadian abnormalitas ibu terkait dengan kehamilan dan
persalinan.
4. Masyarakat
mampu dan mau mempelajari keadaan abnormal yang terjadi pada mereka sehingga
para tenaga kesehatan dapat memberikan tindakan secara dini dan mampu
mengurangi jumlah mortalitas padaibu dan janin.
5. Pemerintah
mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dapat mendukung peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.
6. Mahasiswa
dengan latar belakang medis sebagai calon tenaga kesehatan mampu menguasai baik
secara teori maupun skil untuk dapat diterapkan pada masyarakat secara
menyeluruh.
PENGERTIAN
adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal
pada korpus uteri baik sebagian atau utuh setelah kehamilan 20 minggu atau
sebelum janin lahir
|
DIAGNOSA
1.Nyeri (akut) berhubungan
dengan trauma jaringan.
2.Ansietas berhubungan dengan
ancaman yang dirasakan pada klien atau janin.
3.Infeksi, berhubungan dengan
resiko tinggi terhadap prosedur invasive
|
INTERVENSI
Dx
1 :
1. Bantu dengan
penggunaan tekhnik pernafasan.
2. Berikan
tindakan kenyamanan (pijatan, gosokan punggung, sandaran bantal, pemebrian
kompres sejuk, dll).
Dx 2 :
1. Kaji status
psikologis dan emosional
2. Anjurkan
pengungkapan perasaan.
Dx 3 :
1.
Tinjau ulang kondisi/faktor risiko yang ada
sebelumnya
2. Kaji terhadap
tanda dan gejala infeksi (misalnya, peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah
putih, atau bau/warna rabas vagina).
|
ETIOLOGI
Hipertensi kronik, trauma eksternal, tali pusat
pendek, defisiensi gizi, merokok, konsumsi alkohol, penyalah gunaan kokain,
umur ibu yang tua.
|
PATOFISIOLOGI
Terjadinya solusio plasenta dipicu
oleh perdarahan ke dalam desidua basalis yang kemudian terbelah dan
meningkatkan lapisan tipis yang melekat pada mometrium sehingga terbentuk
hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya
penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis
desidua menyebabkan hematoma retro plasenta yang akan memutuskan lebih
banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai
tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus
tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut.
Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban.
|
|
|
PENATALAKSANAAN
Tidak
Terdapat Renjatan usia
gestasi < 36 minggu
Ringan
:Pasien tirah baring, atasianemia Sedang / Berat :USG resusitasi cairan,
atasi anemia (transfusi darah),
Tidak
terdapat renjatan : usia gestasi 36 minggu
bila persalinan lebih dari 6 jam, lakukan seksio
sesarea.
Terdapat renjatan :
Atasi renjatan, resusitasi
cairan dan transfusi darah. pertimbangkan untuk seksio
sesarea bila janin hidup atau partus lebih lama dari 6 jam.
|
|
|
|
|
|
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaaan Ultrasonografi
(USG)
3. Kardioktokgrafi : untuk
mengetahui kesejahteraan janin
|
MANIFESTASI
Perdarahan biasanya pada trimester ketiga,
perdarahan pervaginan berwarna kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan
tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut, uterus tegang,
perdarahan pervaginan yang banyak, syok dan kematian janin intra uterin.
|
SOLUSIO PLACENTA
|
KOMPLIKASI
1.
Syok perdarahan.
2.
Gagal ginjal.
3.
Kelainan pembekuan darah.
4.
Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
|
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar,
Rustam.1998. Sinopsis Obstetri.
Jakarta: EGC
Manuaba, Chandarnita, dkk,. 2008. Gawat-darurat obstetri-ginekologi &
obstetriginekologi sosial untuk profesi bidan. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo S, Hanifa W. 2002. Kebidanan Dalam Masa Lampau, Kini dan Kelak.
Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
Sarwono,
2007. Ilmu Kebidanan . Jakarta : PT.
Bina Pustaka Sarwono prawiroharjo
http://endribehepy.blogspot.com/2010/09/lp-dan-askep-solusio-plasenta.html diakses dan di unduh tanggal 1 Mei 2013 jam
09.30 WIB
http://binbask.blogspot.com/2013/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html diakses dan di unduh tanggal 1 Mei 2013 jam
09.32 WIB
http://meti-de0rentz.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-dengan-kasus-solutio.html diakses dan di unduh tanggal 1 Mei 2013 jam
09.36 WIB
http://rico-kumpulanaskep.blogspot.com/ diakses dan di unduh tanggal 1 Mei 2013 jam
09.38 WIB
http://hakimdeio.blogspot.com/2009/10/partus-lama.html diakses dan di unduh tanggal 1 Mei 2013 jam
09.39 WIB
http://sahrilramadhan.blogspot.com/2011/06/askep-partus-lama.html diakses dan di unduh tanggal 1 Mei 2013 jam
09.42 WIB
http://axes364yahoo.blogspot.com/2011/08/partus-lama.html diakses dan di unduh tanggal 1 Mei 2013 jam
09.42 WIB
http://oyingw.blogspot.com/2011/12/askep-persalinan-lama.html diakses dan di unduh tanggal 1 Mei 2013 jam
09.43 WIB
No comments:
Post a Comment